Rabu, 28 September 2011

Kira-kira berapakah jumlah hewan di pulau ini ?


 
Permainan ini kami mainkan ketika belajar tentang populasi. Dengan menggunakan dasar matematika penaksiran, kami menghitung banyaknya biji dalam area tertentu. Misalkan saja seluruh kotak yang tersedia adalah 25 x 9 kotak. Kemudian kita ambil sampel pada area seluas 25 kotak. Misalkan biji yang terhitung pada area 25 kotak tersebut ada 18 biji, maka kira-kira jumlah keseluruhan biji yang tersebar di seluruh wilayah tersebut sama dengan 18 x 9 = 162 biji. Mudah sekali kan ?

Cara ini banyak dipakai para ilmuwan untuk menghitung populasi hewan yang diteliti di suatu daerah tertentu. Misalnya saja beruk berekor panjang yang tersebar di kawasan hutan lindung Kerinci di pulau Sumatera. Ilmuwan menghitung beruk di daerah kecil yang dijadikan contoh (atau biasa disebut sampel) misalkan 1 km2, lalu tinggal mengalikan dengan seluruh luas hutan lindung tersebut.

Wah, nampaknya Roihan serius sekali menghitung jumlah biji-bijinya. Mau jadi peneliti yang hebat rupanya teman kita yang satu ini……

“Apakah ini endosperm nya ?”


Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Zam-zam yang siang itu bersama Daffa sedang mengamati tunas pohon matoa yang ditumbuhkan dalam gelas air mineral.

Biji matoa tersebut ditanamkan ke dalam gelas kira-kira dua minggu sebelumnya. Tanaman matoa banyak ditemukan di pulau Papua sana, tetapi sekarang buahnya banyak dijual di kota-kota besar. Tunasnya akan cepat sekali tumbuh dan bagus sekali untuk dipelajari karena bagian-bagiannya lengkap dan amat jelas dilihat.

Seperti biji pada umumnya, kulit terluarnya bertugas melindungi emryo dan endospermnya. Selama pertumbuhan embryo menjadi bakal tanaman baru, endosperm (yang bertugas membawa cadangan makanan bagi calon tanaman baru tersebut) terangkat ke atas permukaan tanah sambil menumbuhkan tunas-tunas pucuk daun baru.
Akhirnya anak-anak hari itu bisa menyaksikan dari jarak dekat dengan jelas bagian-bagian biji yang sedang berproses menjadi tanaman baru. Wah asyik ya kalau seandainya semua pelajaran bisa kita telaah sambil memegang langsung modelnya …..

Lihatlah tunas matoa yang masih muda ini.
Matoa (Pometia pinnata

Jumat, 23 September 2011

Akhirnya bercak biru-hitam itu pun muncul

Hari Jumat, 23 September 2011 yang lalu kami semua melakukan percobaan tes karbohidrat hasil fotosintesa pada daun.

Awalnya kami mengambil dua helai daun hijau dan dua daun bunga yang berwarna merah. Langkah pertama, kami memasak air sampai mendidih di dalam gelas dan daun pun dimasukkan ke dalam gelas. Setelah ditunggu sebentar, kemudian daun ditiriskan lalu direndam dalam larutan alkohol yang dipanaskan dalam air mendidih. Pada tahap ini diharapkan sebagian besar klorofil sudah terlarut.

Langkah terakhir, daun pun dimasukkan ke dalam air panas lagi lalu ditiriskan. Kemudian tahap terakhir, daun ditetesi larutan betadine yang mengandung yodium. Yodium ini bila bereaksi dengan karbohidrat akan menimbulkan warna biru gelap kehitaman. Karena fotosintesis menghasilkan oksigen serta karbohidrat, maka bila daun tadi ditetesi yodium maka……abrakadabra …..warna biru kehitaman pun akan muncul dari daun tersebut.  Sebagai buktinya, sebutir nasi yang kaya karbohidrat pun berwarna biru gelap bila ditetesi betadine.

Wah, asyik ya ternyata karbohidrat yang kita makan setiap hari juga dihasilkan dalam fotositesis. Pantas daun bayam enak rasanya….yummi…

Rabu, 14 September 2011

"Penduduk Kelurahan Meteseh 12.872 jiwa"

 
Demikian kata Pak Yuli, sekretaris kelurahan Meteseh yang menerima kami di balai desa hari itu. Tanggal 14 September 2011, seperti yang direncanakan, kami anak kelas 5 mengunjungi kantor kelurahan untuk melihat data kependudukan.

Berangkat dari sekolah jam 08.30 dengan berbaris berjalan kaki, kami sekitar 55 anak menuju kantor pak lurah. Sayangnya, pak lurah tidak dapat menemui kami karena ada acara dengan pak walikota. Namun tak mengapa, karena ada pak Yuli, atau sering dipanggil warga pak carik, karena jabatan sekretaris kelurahan dulu disebut carik, yang dengan sabar membacakan data kependudukan pada kami semua.

Akhirnya, kami pun tahu, bahwa lebih dari 60% penduduk Meteseh adalah warga pendatang yang kebanyakan tinggal di perumahan-perumahan baru, seperti Bukit Kencana, Dinar dan Emerald. Dan satu lagi, meskipun banyak sawah bisa kami lihat, jumlah petani tidak terlalu banyak, hanya 2267 orang. Walaupun lebih banyak dibandingkan penduduk yang bekerja sebagai tukang bangunan yaitu 1353, hanya 1303 orang yang memiliki sawah sendiri, sedangkan sisanya 964 tidak memiliki sawah sendiri.

Jumlah anak-anak usia 0-14 tahun mencapai sekitar 4700 anak, tak heran di Meteseh banyak kita jumpai sekolah TK sampai Madrasah  maupun pondok pesantren.

Wah, kami jadi mengerti sekarang gunanya data penduduk. Terima kasih Pak Yuli sudah menerangkan panjang lebar pada kami semua…

Senin, 12 September 2011

Pelajaran Sains : membedah ayam…

Hari Senin ini nampak berbeda dengan hari-hari Senin sebelumnya. Di dalam jadual tertera Sains : membedah aves. Semua anak kelas 5 bertanya-tanya, burung apa ya yang akan dibedah hari ini ? Apa tujuannya ya ?

Aves dalam bahasa Indonesia adalah keluarga burung dan unggas. Nah, untuk percobaan kali ini, kami memilih ayam yang mudah didapat dan ukurannya cukup besar untuk dieksplorasi oleh anak-anak.

Awalnya, banyak yang ragu-ragu memegang ayam yang sudah disembelih tersebut, tapi setelah melihat guru tamu kami, Bu Isti yang seorang ahli biologi, tanpa ragu menyayat, memotong dan mengeksplorasi organ-organ dalam (baik pencernaan, pernafasan dan jantung) dengan dibantu guru-guru yang lain, akhirnya anak-anak pun membolak-balik bagian dalam ayam untuk bisa melihat lebih jelas.

Sekarang kami pun tahu bentuk pankreas, lambung yang kokoh kuat otot yang berlipat lipat dan jantung ayam. Maha Sempurna Allah yang melengkapi tubuh seekor ayam dengan sangat lengkapnya. Terbayang betapa lengkapnya organ tubuh manusia.

Bagian yang paling menarik perhatian anak-anak adalah calon telur (Jawa : uretan). Padahal bagian itu sering ditemui di ….warung nasi goreng dekat rumah, dan kalau ingat rasanya…wow lezatnya. Terbayang sudah rasa ayam yang amboi itu. Eh, ayo kita buat laporan percobaannya sekarang..

Jumat, 09 September 2011

“Annis tiup yang kuat dong….! “


 Teriakan anak-anak putri tak henti-hentinya menyemangati Annis yang sedang meniup selang. Hah, selang ? Ya benar…sebuah selang yang terhubungkan dengan sebuah botol penuh air yang dimasukkan secara terbalik ke dalam ember berisi air. Sebelum meniup selang, kita harus menghirup udara banyak-banyak dalam paru-paru, sehingga saat dihembuskan, udara dalam selang akan mendorong air keluar dari dalam botol tersebut. Akhirnya, udara yang terisi dalam botol itulah yang jumlahnya sama dengan isi paru-paru kita.

Bila semakin besar daya tampung paru-paru kita, maka semakin sedikit air yang tersisa di dalam botol. Lewat garis-garis ukuran pada dinding botol, kita dapat mengetahui volume paru-paru kita.

Lalu, bagaimana caranya agar otot paru-paru kita kuat ya ? Tentu saja olah raga yang teratur akan memperbesar volume paru-paru kita dan menguatkan otot jantung, sehingga bila berjalan mendaki atau berlari agak jauh tidak cepat terengah-engah.

Ayo…mulai sekarang kurangi menonton TV dan ganti dengan olah raga ya…agar kita sehat dan juga kuat…


Lihat nih lenganku….

Kres-kres-kres……sekelompok anak putri kelas 5A hari itu nampak sibuk memotong-motong kardus bekas menjadi sebuah persegi panjang. Apa ya yang sedang dibuatnya ?

Ooh…ternyata mereka sedang membuat model lengan manusia. Dengan diikatkan pada dua utas tali dan dibantu sebuah paku payung, kedua potongan kardus berbentuk persegi itu pun digabungkan.

Ketika satu tali ditarik, lengan kardus itupun bergerak naik seolah-olah lengan kita sedang menaikkan sebuah barang. Dan sebaliknya, bila tali yang lainnya ditarik, maka lengan kardus itupun bergerak turun seperti bila lengan kita menurunkan sebuah barang.

Tali yang pertama kita gerakkan mewakili otot biseps kita dan tali kedua seolah otot triseps kita. Ooh…jadi begitu ya kerja otot triseps dan biseps kita….Tapi, mengapa otot biseps kita tidak sebesar otot biseps kepunyaan Ade Rai ya ? Ah, mungkin harus sering berlatih angkat besi nih ………

Gambang Semarang

.......................... 
Ampat penari kian kemari
jalan berlenggang, aduh…
Langkah gayanya menurut suara
irama gambang

Sambil bernyanyi, jongkok berdiri
kaki melintang, aduh…
Sungguh jenaka tari mereka
tari berdendang
 ............................
Alunan lagu Gambang Semarang yang terdengar dari orkestra angklung Sekolah Alam Ar-Ridho itu memenuhi udara pagi yang segar di lapangan Simpang Lima Semarang. Kami semua diundang kantor walikota Semarang untuk meramaikan tarhib ramadhan  karena hari ini adalah hari terakhir Sya’ban. Itu artinya besok pagi sudah mulai puasa Ramadhan.

Kami sudah siap sejak jam 7 pagi, namun jadual tampil jam 8 lebih, sehingga dalam siraman matahari yang bersinar terang dalam langit yang cerah, waktu terasa begitu lambatnya.  Peluh yang mengucur deras di muka anak-anak tidak menghalangi kami semua tetap rapi berdiri di dalam barisan. Tak kalah sibuknya Bu Ana dan Bu Ika membagi-bagikan air mineral untuk mengurangi rasa haus anak-anak.

Giliran kami tampil pun tiba. Setelah memberikan salam taklim kepada Bapak Walikota, kami pun berkeliling lapangan Simpang Lima menuju jalan Pahlawan. Alunan suara angklung terus diperdengarkan diikuti rombongan kakak-kakak SMP Ar-Ridho dengan kostum pantomimnya.

Bu Winky dengan semangat yang menggebu-gebu tetap memimpin anak-anak mengalunkan lagu tersebut sampai selesai. Ayo Alif, Auli, Iqbal….jangan sampai kalah semangat dengan Bu Winky ya….

Minggu, 31 Juli 2011

Daun tanaman ini bisa dimakan nggak ya ?....


“Naufal ! Lihat tanaman apakah disana itu !”, seru Dafi menunjukkan sesuatu kepada Naufal. Hari ini mereka berdua menjelajah ke dalam hutan dan mencari satu contoh tumbuhan untuk diteliti.

Dengan seksama dan teliti, mereka berdua asyik mengamati dan mencatat setiap detil ciri tumbuhan yang mereka pilih. Mulai dari melihat ciri daun dan batangnya, lalu dicocokkan dengan catatan mereka sebelumnya untuk mengetahui apakah tanaman monokotil atau kah dikotil, sampai dengan mencari nama tanaman tersebut dan kegunaannya bagi manusia. Mana ya yang termasuk tanaman obat ? Eh, jangan-jangan ini malah tanaman yang berbahaya bagi manusia kalau daunnya dimakan. Kata pak Arifin saat pelajaran survival (bertahan hidup), ada tanaman yang bisa dipakai sebagai obat, tapi malah berbahaya kalau langsung dimakan. Yang mana ya tanaman itu?

Wah, rupanya tidak cukup satu hari untuk meneliti tanaman yang ada di dekat sekolah kita. 

Sekarang, mereka berdua harus mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas. Hebat sekali mereka berdua. Semoga pelajaran hari ini berguna bagi kalian kelak ya…

Ayo Iqsal…jangan menyerah..!



Teriakan teman-teman putra kelas 5B terus mendukung Iqsal yang sedang berjuang mengatasi kesulitan melewati rintangan tali. Iqsal dengan penuh semangat terus tiarap maju tak takut bajunya terkena kotoran humus di bawah pohon pala yang rindang.

Hari itu, kami para anggota pramuka melakukan kegiatan One Day Tracking dalam rangka pelantikan kenaikan tingkat. Berangkat jam 7 pagi dari sekolah, kami langsung menuju ke aral PT Perkebunan yang penuh dengan tanaman pala dewasa berumur lebih dari 15 tahunan. Bahkan ada satu pohon yang benar-benar besar dan tercantum papan yang  menunjukkan bahwa pohon itu ditanam tahun 1915. Wow…sudah tua sekali. Pantas saja pohon itu lebih besar dari pohon-pohon lainnya.

Beberapa saat kemudian sampailah kami di air terjun Semirang. Meskipun jalan mendaki cukup terjal, hal itu tidak menyurutkan langkah kami semua untuk mencapainya. Setelah sampai di air terjun, kami pun langsung mengambil air dari sumber mata air di sana. Tanpa dimasak terlebih dahulu, kami pun langsung meminumnya…bismillah…alhamdulillah ya Allah yang telah menghadiahkan air bersih ini kepada kami.

Seandainya saja sumber air yang ada di kota kita sejernih dan sebersih ini ya….pasti kita semua senang .   Ayo..pergunakan air dengan hemat di rumah, di sekolah dan jangan lupa jangan cemari sungai di tempat kita ya….

Ting…tang…tung…tung….Pemain Gamelan Cilik

Nada demi nada yang terdengar naik turun, terkadang cepat terkadang lambat berasal dari gamelan yang dimainkan Andi. Tiruan gamelan kecil ini hadiah dari tante Indah di Yogya. Harganya tidaklah semahal mainan modern yang dijual di toko. Di pasar-pasar terkadang dijual dengan harga 13 ribu sampai 20 ribuan, ada yang besar dan ada yang kecil.

Hampir tiap hari Andi membunyikan mainan ini dan meskipun tak beraturan memukulnya, terkadang bunyinya seperti melagukan tembang tertentu. Aneh ya …. Bahkan tetangga sekitar rumah sering juga menanyakan kok lama Andi tidak main gamelan lagi. Oh,…rupanya suara gamelan itu terdengar sampai ke rumah tetangga. Maaf ya kalau mengganggu.

O iya, kemarin mas Tito juga bisa memainkan lagu Ilir-ilir. Nadanya dicarikan oleh ibu. Karena gamelan ini pentatonik atau 5 nada, agak susah mencari lagu anak-anak yang bisa dimainkan (biasanya dimainkan dalam 7 nada do re mi sampai la). Tapi tak mengapa ya….yang penting Andi bisa main musik tiap hari….

Ting..tang..tung…tung..
Ilir-ilir Ilir-ilir angine wis sumilir…..

Oh…. Ternyata begini ya tulang bergerak….


Foto tersebut bukanlah Farah yang sedang bergaya dengan sepedanya, namun Farah sedang mengayuh sepeda yang terhubung dengan sepeda lain di sebelahnya yang dikendarai oleh kerangka manusia. Hiiih…seram !!!

Eeeits, tunggu dulu. Ini bukan kerangka manusia betulan, tapi model kerangka manusia plastik yang dibuat dengan sengaja agar kita bisa melihat dan mempelajari bagaimana kerangka dan tulang kita bergerak ketika mengayuh sepeda.

Pengalaman berharga ini kami dapat ketika acara outing dua hari ke Taman Pintar di Yogyakarta bulan April 2011 yang lalu. Asyiknya seandainya bisa sering-sering kesana. Banyak hal baru dan menarik yang kita lihat disana.

“Kalau kebetulan pergi ke Yogya, jangan lupa singgah ke Taman Pintar ya”, kata Farah. Eh,…Farah yang mana ya ?.....

Kraton Ratu Boko, 1400 tahun yang lalu….


 
Akhirnya sampai juga kami ke Kompleks Candi Kraton Ratu Boko di daerah Prambanan Yogyakarta. Memang nama ini agak asing di telinga, jauh kalah terkenal dibandingkan Candi Prambanan. Kami baru mendengar nama tersebut dari guru kami yang berasal dari Yogya (dan suka piknik tentunya).

Bulan April 2011 yang lalu, kami pergi outing selama dua hari ke Yogya. Ditemani Bu Ana, Bu Lala, Bu Aini dan Bu Arif serta Pak Priyo, kami berkeliling ke obyek wisata ini. Konon dulu tempat ini adalah benar-benar kerajaan. Hah ? Yang benar …? Memang bila dilihat dari bukti peninggalannya, lengkap sekali fasilitas yang tersedia di tempat ini.

Dari awal kedatangan, kami sudah disuguhi pemandangan yang cukup indah. Meskipun harus mendaki tangga yang bikin ngos-ngosan, nampak puncak-puncak Candi Prambanan yang tersohor itu. Di pintu masuk, nampak pelataran seperti tempat pertemuan yang besar. Di sayap sebelah kiri nampak bangunan untuk pembakaran mayat. Wow,…seram juga ya.

Seluas mata memandang, memang nampak tempat ini seperti kampung yang runtuh. Bangunan yang tersisa adalah bagian pondasi dan pelatarannya saja. Atapnya masih berserakan di mana-mana. Kata petugasnya, untuk satu batu diperlukan waktu berhari-hari mencocokkan dengan batu lainnya. Pantas saja, sejak jaman penjajahan Belanda sampai sekarang belum juga selesai penyusunan ulang candi ini. Andai saja bisa direkonstruksi kembali, tentulah kompleks candi ini seperti sebuah kota yang sangat indah. Jadi terbayang seperti kota terlarang di Cina yang masyhur itu.

Di bagian belakang areal seluas 16 hektar ini, terdapat lebih dari 35 kolam-kolam pemandian, keputren, dan bangunan pendopo seperti tempat adu silat di film-film shaolin. Dan hebatnya lagi, setiap bangunan sudah dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan yang mirip talang di jaman sekarang. Bicara tentang  kolam pemandian ini, ada pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa ada yang berbentuk persegi dan ada yang bundar ya?

Di sekitar kolam, nampak putri-putri jelita berbaris…..Tapi ini bukanlah rombongan putri kraton yang antri mau mandi lho ya…

Membuat mainan dengan plastisin yuuk…



Hari ini Andi membongkar kotak penyimpan mainannya. Eh, ternyata dia menemukan plastisin mainannya. Jangan tanya warna apa plastisinnya. Dahulu wananya hijau, merah, kuning dan orange…tapi karena sudah dicampur menjadi satu, sekarang warnanya jadi belang-belang tidak karuan. Tidak masalah kok, masih bisa dibentuk jadi mainan lagi.

Dengan dibantu Andi, bapak membuat orang-orangan. Hah ? Apa lagi ya yang dibuat bapak ? Oh, ternyata bapak membuat boneka pelatih anjing lengkap dengan lingkaran tempat anjing melompat.
Sekarang Andi yang menggerakkan mainan anjingnya ya Pak? ……dengan asyiknya Andi memainkan mainan barunya itu.


Jumat, 29 Juli 2011

Terong si Andi

.....lihatlah-lihatlah aku giat menggali
tidak takut diserang sinar matahari
menanam bunga-bungaan dalam tamanku
untuk menghias kebun kampung halamanku............

Lagu pak AT Mahmud dinyanyikan dengan gembira oleh bunda Andi sore itu menemani anak bungsunya yang berusia 3,5 tahun. Meskipun sekarang Andi tidak menanam bunga di taman yang indah, namun di sebuah kebun sayur di sepetak kebun samping rumah, hal itu tidaklah mengurangi kegembiraan kami berkebun.

Pertama kami menanam kacang panjang, lalu terong, lalu cabai beraneka jenis dan kemudian bayam serta kenikir. Mas Tito sangat suka lho makan pecel dengan sayuran yang dipetiknya sendiri dari kebun. Kata ibu, sayur bisa membuat badan sehat dan sangat kaya akan vitamin. Namun, sayangnya tanah di kebun kami tidak terlalu subur, jadi harus menambah banyak pupuk kandang.
Dan setelah beberapa minggu berlalu...lihatlah hasilnya....

To Merapi with toys....designed by 5b

            Seringkali anak-anak membiarkan mainannya tersimpan begitu saja di gudang selama bertahun-tahun. Ayah bunda yang sibuk pun tak sempat memikirkan untuk menggunakannya kembali. Selain sudah bosan karena pernah dimainkan dulu, kan lebih asyik kalau beli yang baru saja, begitu kebanyakan pendapat anak-anak saat ditanya alasannya soal mainan lamanya. Padahal bentuknya masih bagus, bersih dan kadang dapat berfungsi dengan baik.
            Ketika bencana Merapi terjadi, anak-anak 5B pun terinspirasi, bagaimana kalau kita sumbang korban bencana dengan mainan. Kan disana banyak anak-anak yang belum bisa kembali belajar dengan normal dan bantuan yang datang lebih banyak pakaian dan makanannya. (Memang, secara fisik sudah banyak terpenuhi, tapi bantuan secara psikis untuk membantu menghilangkan trauma dan kebosanan di kamp pengungsi masih sangat minim.)
            Akhirnya, kami bagi tugas. Sebagian siswa gerak cepat membuat poster himbauan dan lainnya keliling ke kelas-kelas untuk mengajak siswa lain turut menymbangkan mainannya. Alhasil, setelah seminggu, teerkumpul juga mainan yang siap dibawa ke pengungsi Merapi.
            Sayangnya, banyak anak yang belum tergerak berperan serta dalam gerakan ini. Mungkin karena hal ini sesuatu yang baru ya? Namun, bagaimanapun juga, usaha anak-anak ini patut diacungi jempol sebagai upaya terobosan baru dalam hal donasi dan sumbangan.

The young researchers….


Wah, nampak asyik sekali Ahmad dan Faiz saat mengamati akar tanaman di hutan. Meskipun mereka saat itu belum tahu nama tanaman yang ditelitinya, dengan tekunnya mereka tetap mencatat semua ciri yang ada pada tanaman tersebut.

Coba lihat bagaimana bentuk daunnya….lalu bagaimana permukaan daun tersebut saat diraba…..lalu, ayo kita cek bagaimana akarnya….apakah dia berakar serabut ataukah berakar tunjang….wah pokoknya mengasyikkan sekali.

Tak terasa waktu pengamatan pun selesai. Meskipun belum semua tanaman di hutan berhasil diidentifikasikan, semua peneliti muda yang saat itu ikut dalam kegiatan tersebut merasa gembira karena bisa merasakan langsung asyiknya meneliti tanaman liar di hutan.

Kapan ya kita bisa ikut penelitian di hutan lagi? Tapi besok jangan lupa pakai lotion anti nyamuk dulu ya….agar tidak gatal-gatal setelahnya…he..he..he..

Semarang, awal Agustus 2010

Puisi Rara untuk air.............

Sepenggal bait puisi karya dari Rara kelas 5B di bulan April 2011 yang lalu terlantun menyentak perasaan kami. Bulan ini tema kelas kami adalah “Bumi” dan dalam rangka memperingati hari bumi dan hari lingkungan hidup, saat belajar bahasa dan sains, kelas kami pun mengkaitkannya dengan peringatan pentingnya menjaga bumi yang kita cintai ini.

Rara tampil membawakan puisi nya dengan sangat menjiwai. Pun teman-teman sekelasnya yang lain. Sementara itu, dalam pelajaran sains, seluruh kelas mempraktekkan cara sederhana menjernihkan air kotor. Nampak Naufal dan Alfi dengan serius memasukkan air kotor berlumpur ke dalam alat penjernih ciptaannya.

Wah, ternyata lumayan lama juga ya proses menjernihkan air itu. Terkadang kita semua dengan mudahnya tidak menghargai air, membuang-buang air, dan sering lupa membiarkan air mengalir lewat kran kamar mandi tanpa berusaha menutupnya dengan baik. Semoga kita selalu ingat bahwa ada saudara kita di tempat lain yang harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan beberapa liter air bersih.

Isaac Newton dan Chicha Koeswoyo di 5B


                                                            

 Lukisan karya Iffah 5B tahun 2010-2011

 Kita semua yang lahir sebelum tahun 80 an tentu masih ingat nama penyanyi anak-anak Chicha Koeswoyo yang terkenal lewat lagu Heli :

Aku punya anjing kecil
Kuberi nama Heli
Dia suka bermain-main
Sambil bernyanyi-nyanyi….

Pernahkah terbayang bahwa akhirnya Sir Isaac Newton akhirnya bertemu dengan Chicha Koeswoyo  di dalam kelas kami ?. Meskipun nama Chicha sudah tidak dikenal anak-anak SD sekarang, namun lagunya masih menjadi semacam lagu wajib bagi anak-anak sampai saat ini.

Tatkala kami harus mempelajari hukum Newton lalu menuangkannya ke dalam karya, seluruh kelas pun sibuk membuat karya sesuai imajinasinya. Di antara karya-karya tersebut, Iffah dengan kreatifitasnya telah berhasil mempertemukan kedua tokoh tersebut-Isaac Newton yang hidup di abad 18 dan Chicha bersama Heli nya di akhir abad 20 dalam karyanya.

Dan dengan nada lagu Heli, kami pun menghafal ketiga hukum Newton itu pun sambil bersenandung :

Hukum Newton ada tiga
Yang pertama inersia
Yang kedua percepatan
Tiga aksi dan reaksi
………………..

Juice pepaya untuk Merapi


            Jam 07.30 pada suatu hari di bulan November 2010
            Pada saat taujih pagi, kami mendiskusikan tentang bencana Merapi yang di awal bulan November sedang parah-parahnya. Kebetulan hari ini jadual marketday kelas 5B, kami pun mendiskusikannya. Apakah mungkin hasil penjualan itu kita sumbangkan seluruhnya untuk korban Merapi.
            Akhirnya, semua anak pun sepakat. Segera kami membentuk tim kecil untuk menangani pembuatan aneka juice, ada paduan rosela dengan biji selasih, juice mangga, dan penemuan baru : juice pepaya (yang maaf, kami kira rasanya pasti aneh – tapi ternyata subhanallah enak bangget – 2 jempol). Ada juga tim khusus penjualan yang menyiapkan “banner” promosinya.
            Alhasil, sales force kami pun melaporkan Rp 141.000,- bersih untuk  penjualan hari itu. Jadi, tidak perlu menengadahkan tangan di lampu merah kan untuk mengumpulkan donasi bencana. Betul?

Kamis, 28 Juli 2011

Petani itu bernama Fia

 
             
      Januari 2011....setiap kali melihat foto ini, masih terbayang wajah lucu itu.... inilah ceritanya..........

      Pada awalnya, melihat calon kebun kami rasanya mebuat hati kecut juga. Kebun yang lama tak digarap itu penuh dengan sampah plastik dan alang-alang serta rumput liar. Dengan bantuan Pak Dikin dan Pak Fuad, komandan pertamanan, serta kerja keras anak-anak pun akhirnya membuat lahan tersebut siap ditanami.
Pada awalnya kami menyemai bayam di lahan semaian, tapi setelah muncul daun-daunnya, dalam waktu 3 hari habis dimakan hama kecil yang tidak kelihatan jelas. Alhasil, kami semua langsung banting strir, memilih kacang panjang yang minim perawatan dan sekalian memperbaiki kondisi tanah.
Dengan bantuan keluarga Bryan yang sudah menyumbangkan pupuk kotoran kudanya  dan kerja keras anak-anak semua akhirnya kami semua sampai juga di musim panen ini. Senyuman lebarpun menghiasi wajah Fia, murid klas 5B seraya memakai topi kacang panjang hasil kebunnya.

Senin, 09 Mei 2011

Maket industri dan bangun ruang




            Adalah suatu tantangan tersendiri bagaimana mengajarkan konsep jaring bangun ruang tanpa membuat anak-anak merasa bosan. Namun, akhirnya kesempatan itu pun datang, ketika kami harus membuat maket industri. Kebetulan temanya adalah Jawa Timur, dan kelas 5 mendapat jatah kota Gresik, kotanya Petrokimia Gresik dan Semen Gresik.
            Akhirnya, jadilah kita membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana, yang terdiri dari tabung, balok persegi, prisma dan satu jenis bangun yang merupakan pengembangan dari segitiga. Kemudian kita gabungkan bersama dalam satu kertas besar. Dan inilah hasilnya……..

Ayo, kapal siapa yang paling cepat !!

Kegiatan ini kami lakukan ketika pembelajaran sains dengan tema Gaya.

Sebenarnya, “gaya” bukanlah hal yang asing bagi anak-anak, bahkan akrab dalam kehidupan sehari-hari.

Seringkali, meskipun tak selalu, definisi buku teks lah yang membatasi ruang gerak imajinasi dan pemahaman anak untuk belajar sains.

Tugas pun akhirnya diberikan. Orang tua diperbolehkan membantu membuat karya kapal ini. Syaratnya, dari bahan bekas, harus bisa mengapung (memiliki gaya angkat), melaju di air (melawan gaya dorong air ke belakang) dan akan dites, siapa yang bisa dibebani muatan terbanyak..

Dan inilah juaranya….karya Aisyah, terbuat dari styrofoam, dilengkapi 2 pengapung dari botol plastik, dengan penggerak dari bambu dengan karet berputar. Kapal ini mampu membawa muatan seberat 960 gram…

Jadi, belajar sains pun bisa sambil bermain kan ?!...

Bryan, berapa phi nya?

“Ayo, kita buktikan berapa Phi nya”, seru Bryan kepada teman-teman sekelompoknya. Saat itu, kami sedang belajar matematika tentang lingkaran. Dan ada satu besaran yang wajib diketahui jika belajar tentang lingkaran, yaitu phi. Bila biasanya anak-anak diminta menerima saja besarnya phi = 22 / 7   tanpa harus membuktikannya, maka hari ini kami harus membuktikan sendiri besarnya phi tersebut.

Dengan bantuan alat peraga matematika berupa lingkaran bergaris tengah 7 cm, ternyata setelah digelindingkan dengan hati-hati, diperoleh garis lurus sepanjang 22 cm, mulai dari sebuah titik di keliling lingkaran sampai kembali ke titik tersebut.

“Oh, ternyata begitu ya cara mendapatkan besarnya phi. Orang-orang jaman dulu jago-jago ya…. Ah, kami tak mau kalah sama mereka”. kira-kira begitulah kalimat yang  muncul di pikiran anak-anak 5B saat itu.

MASTERPIECE untuk Open House 2011



Hari itu tanggal 21 Maret 2011. Kurang dari seminggu lagi Open House tahun 2011 akan berlangsung. Akan banyak orang tua murid dan siswa dari sekolah lain yang akan hadir. Lomba outbond dan pengumuman para juara lomba pun akan digelar. Sementara itu panggung belum siap latar belakangnya.

Akhirnya, kami dari kelas 5B pun menawarkan diri untuk membuat latar belakang panggung. Dengan dibantu Pak Arifin, sketsa pun dibuat. Anak 5B yang terdiri dari 27 anak pun dibagi menjadi 10 kelompok. Tiap kelompoknya akan membuat potongan gambar berukuran A-0. Kelompok anak putri brtanggung jawab atas setengah gambar bagian atas. Sementara kelompok anak putra bertanggung jawab atas setengah gambar bawah. Pesannya : hati-hati dengan bagian sambungan, disisakan sekitar 3 cm untuk mengepaskan gambarnya.

Seharian penuh kami menggambar dan mewarnai dengan crayon. Sore harinya, ke 10 gambar disatukan dan diperkuat beberapa bagian dan dilem dengan kertas semen, lalu diberi kardus penahan tali. Setelah kering, kemudian diberi kerangka dari bambu yang sudah disiapkan sebelumnya. Ikat sana, ikat sini dan ketika diberdirikan…..jadilah sebuah gambar yang amat besar.

Selama 4 hari, dibantu bapak-bapak guru mengecat dan menyelesaikan bagian-bagian yang masih kurang. Akhirnya, sehari sebelum open house, gambar itupun dipasang di panggung.

Wow….keren….sebuah masterpiece dari anak 5B . Bravo……….

Tim 5B yang terlibat : Aga, Agus, Ahmad, Ardi, Alfi, Bryan,Dafi, Dika, Dedan, Fikri, Faiz, Iqsal, Isya, Hadi, Naufal, Aisyah, Ana, Anggi, Annis, Farah, Fia, Icha, Iffah, Risya, Rofifah, Rara, Saidah.

Kini bidadariku tak menangis lagi…


Hari ini kami pentas di acara open house. Semua persiapan, latihan musik, menyanyi, menari dan  penyiapan kostum sudah dilakukan. Agus dan Ardi yang bertugas membawa awan dan membuat hujan sudah paham benar akan tugasnya. Pemain musik pun sudah siap pula. Annis dan  Rara sudah siap dengan pianikanya. Iffah dengan sulingnya dan Risya beserta biolanya pun sudah siap. Para penyanyi, Fia, Saidah, Rofifah, Anggi, Icha, Farah, Aisyah, dan Ana sudah tak sabar menunggu. Enam anak putri dari kelas 1A pun sudah siap dengan kostum bidadari dan pohonnya.

Waktu terus berjalan. Sekarang tinggal menunggu saat pentas. Hati kami berdebar-debar  semua. Kata bu Isti, sebagi penanggung jawab acara,  kami akan tampil terakhir sebagai puncak penutup semua acara. Wah, artinya kami harus tampil sebaik-baiknya nih…

Akhirnya, saat pentas pun tiba…Kami bisa melakukannya nyaris tanpa cela. Anak-anak kelas 1 A pun juga menari dengan baik (seperti yang diajarkan oleh kakaknya dari 5 B tentu saja..). Namun sayang, salah satu hujan dari awan yang dibawa Agus macet sehingga tidak nampak turun hujannya. Tapi hal itu tidak mengurangi kegembiraan kami semua.

Sebagai penutup, Naufal dan Hadi membawakan presentasi tentang hujan asam. Oh, ternyata itu yang membuat para bidadari kecil kami menangis…..di akhir pesannya mereka mengajak kami semua untuk turut menjaga lingkungan. Kemudian Dedan mengucapkan salam penutupnya. Dan sekarang bidadari kecil kami pun tak menangis lagi…


Catatan : foto saat latihan acara open house Maret tahun 2011

Annisa, sang presenter

Dan Annis pun sekarang tak malu lagi

Nama : Annis,
Cita-cita : koki ternama dan presenter

Tulisan itulah yang tertera di kertas cita-cita Annis, murid 5B, seperti yang biasa dibuat setiap anak di awal semester. Namun, sekarang tulisan presenter pun sudah dicoret dengan spidol hitam tebal.

Gara-garanya, sewaktu semua murid diminta menyampaikan presentasi di depan kelas, nampak sekali Annis grogi dan tak percaya diri. Mungkin karena selama ini biasa berdiri di depan kelas secara berkelompok, maka anak-anak pun kurang percaya diri bila harus tampil sendirian di depan. Akhirnya, Annis mengubur (sementara) impiannya menjadi presenter.

Di awal tahun 2011 ini, ketika topik presentasinya tentang ajakan kepada kebaikan, Annis harus maju lagi. Secara mengejutkan, Annis mengajak semua yang hadir (teman sekelasnya tentu saja) untuk menanam pohon demi keselamatan generasi yang akan datang. Wow!! Sebuah ide luar biasa dari anak berusia 11 tahun. Kami sekelas pun serentak memberikan tepuk tangan bagi Annis.

Sejak saat itu, setiap ada kesempatan, Annis selalu bertanya : “Ayo pak, kapan presentasi lagi?”, katanya penuh semangat. Oh, rupanya “darah presenter” memang benar-benar mengalir dalam diri Annis. Dan sekarang Annis pun sudah tak malu-malu lagi.

Ana dan tas kecilnya

Belajar menjahit yuuk…..

Hari ini, kami belajar menjahit…Ha?? Sejak kapan di Ar Ridho ada pelajaran menjahit? Tapi, itulah kenyataannya. Kami hari ini belajar dasar-dasar menjahit. Dimulai dari memotong benang…ya, benar memotong benang agar tidak terlalu panjang atau pendek, membuat simpul, menyambung dua buah kain dan seterusnya.

Pada awalnya, kami masih mengalami kesulitan. Kadang benangnya ruwet di tengah, atau waktu dicek Pak Priyo masih lepas dalam sekali tarik, juga membuat simpul malah benangnya kependekan sehingga jarumnya tak bisa bergerak lagi. Maklum, baru pertama menjahit, biasanya ibunda kami di rumah lah yang menjahitkan baju kami. Tetapi hari ini beda, kami lah yang menjahit.

Kata guru, menjahit adalah ketrampilan penting bila dewasa nanti. Kalau sedang bepergian terus kancingnya lepas, masak harus mencari tukang jahit? Kadang-kadang hal kecil seperti ini memang harus dipelajari ya…

“Nah, inilah hasil karyaku…sebuah tas kecil nan cantik”, kata Anna dengan bangga..

Elektronika tidak sulit

Practice makes perfect

Dahulu, hampir semua anak mengira bahwa membuat rangkaian elektronika itu sangat rumit dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang hebat. Tetapi hari ini berbeda, anak-anak mencoba membuat rangkaian sendiri.

Meskipun listrik dan peralatan elektronika sudah akrab dengan kehidupan keseharian anak-anak, pada awalnya beberapa komponen masih terasa asing bagi telinga mereka. Sesudah dijelaskan nama-nama komponen tersebut dan kegunaannya, mereka pun kemudian belajar dan bagaimana cara merangkainya.

Sampai akhirnya, BYARR….Akhirnya Rara dan teman-temannya pun bisa membuat rangkaian lampu sederhana sendiri.


Catatan : kegiatan ini dilakukan kelas 5 B semester 2 tahun ajaran 2010-2011, tema energi

Naufal, The Innovator

Naufal, The Innovator

Namanya Naufal, tubuhnya paling tinggi di antara teman-temannya. Satu hal yang menonjol darinya adalah rasa ingin tahunya yang sangat besar, berdaya imajinasi besar dan penyuka sains tulen. Itulah sebabnya dia memilih Klub riset sebagai pelajaran ekstra kurikulernya.

Ketika itu, Semarang sedang musim hujan dan banjir dimana-manan. Kelas 5B harus membuat poster bertema penyelamatan lingkungan. Sebagian anak membuat poster anjuran membuang sampah di tempatnya, ada yang mengajak menolong korban banjir. Dan khusus Naufal, ia memilih tema “Alat Penghancur Sampah Plastik”, sebuah ide yang sedikit “out of the box” tapi brilian untuk anak kelas 5 SD.

Ayo Naufal, kembangkan terus ide-idemu dan wujudkan semuanya kelak agar semua merasakan manfaatnya. Bukankah rasulullah mengatakan bahwa muslim yang baik adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi sesamanya ?!!.