Seringkali anak-anak membiarkan mainannya tersimpan begitu saja di gudang selama bertahun-tahun. Ayah bunda yang sibuk pun tak sempat memikirkan untuk menggunakannya kembali. Selain sudah bosan karena pernah dimainkan dulu, kan lebih asyik kalau beli yang baru saja, begitu kebanyakan pendapat anak-anak saat ditanya alasannya soal mainan lamanya. Padahal bentuknya masih bagus, bersih dan kadang dapat berfungsi dengan baik.
Ketika bencana Merapi terjadi, anak-anak 5B pun terinspirasi, bagaimana kalau kita sumbang korban bencana dengan mainan. Kan disana banyak anak-anak yang belum bisa kembali belajar dengan normal dan bantuan yang datang lebih banyak pakaian dan makanannya. (Memang, secara fisik sudah banyak terpenuhi, tapi bantuan secara psikis untuk membantu menghilangkan trauma dan kebosanan di kamp pengungsi masih sangat minim.)
Akhirnya, kami bagi tugas. Sebagian siswa gerak cepat membuat poster himbauan dan lainnya keliling ke kelas-kelas untuk mengajak siswa lain turut menymbangkan mainannya. Alhasil, setelah seminggu, teerkumpul juga mainan yang siap dibawa ke pengungsi Merapi.
Sayangnya, banyak anak yang belum tergerak berperan serta dalam gerakan ini. Mungkin karena hal ini sesuatu yang baru ya? Namun, bagaimanapun juga, usaha anak-anak ini patut diacungi jempol sebagai upaya terobosan baru dalam hal donasi dan sumbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar