Di bulan Oktober ini, cuaca kota semarang terasa sangat
panas. Pak Priyo masuk ke kelas kami membawa buah semangka dan sepanci es
batu... uh segarnya.. celetuk kami.
Eits... tunggu dulu, ternyata es dan semangka itu bukan
untuk kami makan, tetapi akan kami pakai sebagai bahan percobaan rupanya.
Kali ini kami akan membandingkan pengaruh suhu terhadap kecepatan
pertumbuhan bakteri. Bahannya cukup sederhana : yeast untuk roti, dua potong semangka,
es batu dalam panci dan kaca pembesar (magnifying glass).
Yeast yang biasa disebut ragi roti adalah sumber bakteri -
bakteri baik dan tak berbahaya tentu saja. Tanpa ragi ini, bahan roti tak akan
dapat mengembang saat dipanaskan.
Caranya sangat mudah. Pada kedua potong semangka dioleskan
ragi setipis mungkin. Yang sepotong diletakkan dalam panci berisi es batu (tapi
jangan sampai terendam saat es mulai mencair ya..). Dan satu lagi diletakkan
dalam wadah terbuka dengan suhu kamar. Nanti, saat bakteri mulai tumbuh, akan
nampak semacam jaring-halus yang hanya dapat diamati dengan kaca pembesar.
Percobaan ini berlangsung sekitar 45 menit dan pengamatan dilakukan setiap 5
menit sekali.
Akhirnya, pada menit ke 40 mulai terbentuk jaring-jaring
tipis pada permukaan semangka pada semangka di kedua wadah. Namun, yang berada dalam
es berkembang lebih lambat.
Hasil diskusi kami, ternyata salah satu syarat agar sel
dapat berkembang baik adalah suhu antara 13 oC - 18oC, selain adanya air dan
nutrisi. Jika terlalu dingin, bakteri tak dapat berkembang. Namun, jika terlalu
panas, maka bakteri akan mati.
Ooh...akhirnya kami paham mengapa ibu sering menyuruhku untuk
menyimpan makanan ke dalam kulkas dan memanaskan sayuran sebelum tidur.