education why
Jumat, 19 Juni 2020
Jumat, 04 Maret 2016
MUSEUM GEOLOGI MINI
Sejak bulan Maret 2016, di sekolah kami ada sudut yang baru
lho... Sebuah museum geologi mini karya anak kelas 4c. Di sana kita bisa
temukan berbagai koleksi batuan unik hasil petualangan seru anak-anak kelas 4c
dan juga sumbangan dari guru.
Siapapun yang melihat bisa dengan mudah menemukan berbagai
contoh batuan. Ada batuan beku hitam legam seperti cobek yang biasa dipakai ibu
kita di dapur. Ada juga batuan beku hasil erupsi anak gunung Krakatau, buah
tangan guru kami yang sudah pergi ke sana. Anehnya, meskipun berasal dari satu
gunung yang sama, warnanya berbeda-beda, ada yang merah, kuning, kecoklatan,
hitam ada bintik putihnya... Kira-kira, apa sebabnya ya? Jika kalian sudah ke
museum ini, pasti kalian akan tahu jawabannya..
Di bagian pojok, ada batuan besar kecoklatan yang
bergaris-garis di satu sisi, sementara di sisi lainnya ada semacam marmer yang
melingkupinya. Rupanya, batuan tersebut pernah mengalami perubahan dari batuan
sedimen dan menjadi batuan metamorf. Namun, ketika prosesnya belum tuntas, batu
tersebut entah karena erosi atau sebab lain terbawa aliran sungai sampai
ditemukan oleh anak-anak.
Museum ini sangat unik lho, karena dibuka 24 jam ... Jadi
bisa dilihat langsung jika kita masuk ke lingkungan sekolah kami. Namun,
maaf... Batu akik tidak tersedia di sini....
VACATION : A 4th grade junior geologist
Belajar tentang batuan memang terasa sangat menantang.Jika
selama ini kami hanya tahu bahwa batuan hanya dipakai sebagai bahan bangunan,
perhiasan dan akik, serta untuk main timpuk-timpukan, ternyata ada cerita luar
biasa di balik sebuah batu...
Diawali dengan melakukan perjalanan kecil ke sungai dusun
Rejosari, kami mengumpulkan beberapa batu yang beraneka warna, tekstur (halus
tidaknya permukaan), besar kecil, keras lunak, berat ringan.... semua dibawa
kembali ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, mulailah kami memilah batu tersebut
berdasar ciri fisik yang paling jelas nampak. Tekstur dan warna kami jadikan
acuan pertama. Kemudian kekerasannya... Tanpa ragu, guru kami memukulkan contoh
batuan yang ada, lalu dianalisa bentuk serpihannya. Alasannya sederhana, batuan
sedimen memiliki bentuk serpihan yang sangat khas, yakni memiliki lapisan
bertumpuk seperti kue lapis. Ada sebuah batu besar yang unik, di satu sisi
nampak jelas bentuk lapisan khas batuan sedimen, namun di sisi yang lain ada
batuan metamorf yang sangat keras.
Kami juga memiliki koleksi batuan beku dari anak gunung Krakatau,
warnanya bermacam-macam, yang menunjukkan adanya kandungan mineral yang
berbeda.
Sedangkan batuan metamorf yang paling banyak ditemukan adalah
batuan kapur keras seperti batuan marmer muda. Lucunya, kami kadang mengira
sebuah batu, tetapi ternyata pecahan keramik lantai atau piring porselen....
Ah, tak mengapa, namanya juga seorang junior geologist....
PUPUK HUMUS DAUN.... SIAPA BERMINAT ?
Setelah menunggu 4 bulan lebih.... Akhirnya pupuk kompos
daun kami sudah bisa dipanen.
Awalnya kami ragu... Kok lama sekali belum hancur ya? Kami agak ragu dan penasaran, karena
ini adalah percobaan kami yang pertama menggunakan serasah daun keras (daun
ketapang). Biasanya kami menggunakan sampah daun sayuran dari dapur yang lebih
lunak.
Analisa pertama: meskipun sudah tidak terkena sinar matahari
langsung, namun tidak terlindung guyuran hujan. Air hujan tidak dapat masuk ke
drum, tapi udara dingin cukup berpengaruh pada kecepatan pembusukannya. Bukankah bakteri pertumbuhannya sangat optimal dalam suhu hangat ?
Jika saat memulai proyek ini, dalam dua-tiga hari suhu di
dalam drum terasa hangat sekitar 40 derajat celsius dan tidak banyak serangga
yang tinggal. Namun, ketika hujan tiba, langsung terasa suhu di dalam drum
turun seperti suhu kamar. Selain itu, nampak dari banyaknya semut yang hidup di
sana. Jika proses pembusukan berlangsung optimal, bukan semut dan serangga lain yang muncul, tapi semacam cacing dan hewan pengurai lain yang tinggal.
Dan analisa kedua, dari bakteri starternya. Sebagai bahan starter mikrobanya, kami menguji produk kelas kami, yaitu hasil pembiakan mol EM4 dengan bahan
dasar air cucian beras. Jika di kelas yang lain bahannya 70-75% serasah daun
keras ditambahkan campuran mol dan 25-30% starter kompos yang sudah jadi , maka
100% kami menggunakan serasah daun keras ditambah mol saja.
Memang, nampaknya panenannya lebih lama, namun hasilnya
cukup mantap. Kami perlu mengerahkan banyak tenaga untuk menyaring kompos
halusnya. Eh, jangan lupa, bagian yang masih agak kasar, sekitar 20% isi drum
pada panenan pertama dijadikan tambahan starter pada adonan baru. Hipotesa
awal, agar panenan bisa berlangsung lebih cepat. Apakah hal itu benar? Coba kita tunggu 2-3
bulan lagi ya...
**catatan... kondisi lain, lokasi, perlakuan terhadap cuaca
tetap ya...
Minggu, 21 Februari 2016
SCIENCE FAIR
Assalamu'alaikum ww.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Segala puji syukur ke hadirat
Allah yang telah memudahkan segala urusan kita. Sholawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita Rasulullah saw beserta seluruh keluarganya.
Sehubungan dengan rencana Science Fair pada tanggal 12 Maret
2016, maka perlu kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Setiap siswa baik sendiri maupun kelompok (maksimum 3
orang), dengan didampingi dan dibimbing oleh orang tuanya melakukan kegiatan
berupa :
a. riset (percobaan) sederhana :
membandingkan, menguji hipotesis (perkiraan) berdasar pengetahuan yang sudah
pernah diperoleh sebelumnya
b. membuat alat atau karya yang
menggunakan dasar atau prinsip sains (bukan sekedar hiasan)
2. Tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan semangat
meneliti, menemukan masalah, merumuskan serta mencari jawaban atas permasalahan
tersebut. Selanjutnya, karya atau hasil penelitian akan dipamerkan dalam
kegiatan Science Fair pada tanggal 12 Maret 2016 untuk melatih siswa
mempresentasikan atau menjawab pertanyaan pengunjung yang hadir.
3. Orisinalitas karya atau penelitian.
Ide
penelitian boleh mengambil dari berbagai sumber (namun tetap mencantumkan
sumbernya). Percobaan atau subjek penelitian harus diubah / diganti dan
percobaan harus dilakukan kembali oleh siswa.
Tema
penelitian boleh sederhana (eksakta, sains maupun sosial), namun harus
mengikuti kaidah penelitian yaitu
•
Harus tercantum tujuan penelitian / percobaan
•
Alat dan bahan yang diperlukan
•
Mencantumkan langkah detail percobaan
•
Mencantumkan hipotesis / perkiraan awal
•
Mencatat setiap data, perubahan yang terjadi
•
Menjelaskannya dan membuat kesimpulan
4. Contoh penelitian
4.1. Menguji kadar pencemar pada lima merk sabun detergen pencuci baju dan
pengaruhnya pada ikan.
4.2. Menguji frekuensi yang tidak disukai hewan (misal
kucing) dan perubahan perilakunya
4.3. Menguji warna wadah yang disukai oleh nyamuk
4.4. Menguji daya tahan lima merk batu baterai yang sama
ukuran dan tipe
4.5. Meneliti kebiasaan jajan dan menabung pada siswa kelas
4
4.6. (dst)
5. Display
Pada hari H pelaksanaan pameran, karya ditampilkan pada 3
(tiga) bidang berukuran 60 cm x 100 m. Berisi sistematika pelaporan dari bahan,
prosedur sampai dengan kesimpulan, foto-foto pelaksanaan, grafik,tabel dan data pendukung
lainnya
6. Semoga kegiatan ini dapat menginspirasi siswa untuk
berpikir kritis, ilmiah dan memiliki semangat meneliti. Apabila terdapat
pertanyaan atau penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi guru kelas .
Terima kasih. Wassalamu'alaikum ww.
Guru kelas : Priyotomo
Hp/ Sms / wa : 0852 9018 4041
e-mail : p7474013@gmail.com
#1 .. Silakan klik tautan berikut ini untuk melihat contoh tampilan display science fair
contoh tampilan display
#2 .. Silakan klik tautan berikut ini untuk melihat contoh ide / topik science fair
#1 .. Silakan klik tautan berikut ini untuk melihat contoh tampilan display science fair
contoh tampilan display
#2 .. Silakan klik tautan berikut ini untuk melihat contoh ide / topik science fair
Jumat, 16 Oktober 2015
Dimanakah bakteri berkembang lebih cepat?
Di bulan Oktober ini, cuaca kota semarang terasa sangat
panas. Pak Priyo masuk ke kelas kami membawa buah semangka dan sepanci es
batu... uh segarnya.. celetuk kami.
Eits... tunggu dulu, ternyata es dan semangka itu bukan
untuk kami makan, tetapi akan kami pakai sebagai bahan percobaan rupanya.
Kali ini kami akan membandingkan pengaruh suhu terhadap kecepatan
pertumbuhan bakteri. Bahannya cukup sederhana : yeast untuk roti, dua potong semangka,
es batu dalam panci dan kaca pembesar (magnifying glass).
Yeast yang biasa disebut ragi roti adalah sumber bakteri -
bakteri baik dan tak berbahaya tentu saja. Tanpa ragi ini, bahan roti tak akan
dapat mengembang saat dipanaskan.
Caranya sangat mudah. Pada kedua potong semangka dioleskan
ragi setipis mungkin. Yang sepotong diletakkan dalam panci berisi es batu (tapi
jangan sampai terendam saat es mulai mencair ya..). Dan satu lagi diletakkan
dalam wadah terbuka dengan suhu kamar. Nanti, saat bakteri mulai tumbuh, akan
nampak semacam jaring-halus yang hanya dapat diamati dengan kaca pembesar.
Percobaan ini berlangsung sekitar 45 menit dan pengamatan dilakukan setiap 5
menit sekali.
Akhirnya, pada menit ke 40 mulai terbentuk jaring-jaring
tipis pada permukaan semangka pada semangka di kedua wadah. Namun, yang berada dalam
es berkembang lebih lambat.
Hasil diskusi kami, ternyata salah satu syarat agar sel
dapat berkembang baik adalah suhu antara 13 oC - 18oC, selain adanya air dan
nutrisi. Jika terlalu dingin, bakteri tak dapat berkembang. Namun, jika terlalu
panas, maka bakteri akan mati.
Ooh...akhirnya kami paham mengapa ibu sering menyuruhku untuk
menyimpan makanan ke dalam kulkas dan memanaskan sayuran sebelum tidur.
Benarkah pencemaran dapat merusak ekosistem?
Pagi ini, kami akan belajar tentang kerusakan ekosistem yang
diakibatkan oleh pencemaran. Sebagai media pembelajaran, kami menggunakan model
pencemaran air oleh dua macam bahan yang sering dipergunakan oleh rumah tangga,
yaitu cairan pembersih lantai dan detergent.
Sedangkan yang mewakili biota dalam ekosistem air adalah
ikan kecil yang sangat mudah ditemukan di kolam sekitar sekolah. Agar lebih
terlihat mana yang paling parah pengaruhnya bagi lingkungan, maka kami
mencobanya dalam dua gelas berisi ikan yang terpisah. Pada setiap gelas akan
diberikan cairan pembersih lantai dan detergent masing-masing. Setiap pemberian
bahan pencemar, kami melakukannya dengan dosis sedikit dan berulang, kira-kira
seujung lidi setiap tahap pencemaran.
Pada lima menit pertama, kondisi ikan pada kedua gelas
nampak tidak terpengaruh. Pada tahap kedua, dosis ditambah dan diamati
perubahan perilaku ikan. Demikian seterusnya, secara bertahap prosedur tersebut
diulangi.
Pada pemberian zat pencemar yang ke-empat, ikan dalam gelas
dengan pencemar detergent terlihat sangat agresif, gelisah dan berusaha
melompat keluar dari gelas. Sedangkan ikan dalam gelas berpencemar cairan pel,
ikan masih terlihat lebih tenang.
Lebih kurang 40 menit sejak cairan pencemar dihentikan,
ikan pada gelas berpencemar detergent mulai kehilangan keseimbangannya,
melayang terbalik dan dinyatakan mati.
Sedangkan ikan pada gelas berpencemar cairan pembersih
lantai, ikan baru kehilangan kesadaran lebih kurang 60 menit setelah pencemaran
dihentikan.
Oh, ternyata begini ya akibat pencemaran bagi mahluk hidup.
Kami bisa memahami mengapa kita tak boleh serampangan membuang cairan kimia ke
sungai. Menurut guru, sekarang ada juga detergent yang ramah lingkungan. Ada simbol
daun di kemasannya. Meskipun demikian, tetap saja kita tak boleh berlebihan
menggunakannya agar bumi kita terjaga kelestariannya..
Langganan:
Postingan (Atom)