Setelah menunggu 4 bulan lebih.... Akhirnya pupuk kompos
daun kami sudah bisa dipanen.
Awalnya kami ragu... Kok lama sekali belum hancur ya? Kami agak ragu dan penasaran, karena
ini adalah percobaan kami yang pertama menggunakan serasah daun keras (daun
ketapang). Biasanya kami menggunakan sampah daun sayuran dari dapur yang lebih
lunak.
Analisa pertama: meskipun sudah tidak terkena sinar matahari
langsung, namun tidak terlindung guyuran hujan. Air hujan tidak dapat masuk ke
drum, tapi udara dingin cukup berpengaruh pada kecepatan pembusukannya. Bukankah bakteri pertumbuhannya sangat optimal dalam suhu hangat ?
Jika saat memulai proyek ini, dalam dua-tiga hari suhu di
dalam drum terasa hangat sekitar 40 derajat celsius dan tidak banyak serangga
yang tinggal. Namun, ketika hujan tiba, langsung terasa suhu di dalam drum
turun seperti suhu kamar. Selain itu, nampak dari banyaknya semut yang hidup di
sana. Jika proses pembusukan berlangsung optimal, bukan semut dan serangga lain yang muncul, tapi semacam cacing dan hewan pengurai lain yang tinggal.
Dan analisa kedua, dari bakteri starternya. Sebagai bahan starter mikrobanya, kami menguji produk kelas kami, yaitu hasil pembiakan mol EM4 dengan bahan
dasar air cucian beras. Jika di kelas yang lain bahannya 70-75% serasah daun
keras ditambahkan campuran mol dan 25-30% starter kompos yang sudah jadi , maka
100% kami menggunakan serasah daun keras ditambah mol saja.
Memang, nampaknya panenannya lebih lama, namun hasilnya
cukup mantap. Kami perlu mengerahkan banyak tenaga untuk menyaring kompos
halusnya. Eh, jangan lupa, bagian yang masih agak kasar, sekitar 20% isi drum
pada panenan pertama dijadikan tambahan starter pada adonan baru. Hipotesa
awal, agar panenan bisa berlangsung lebih cepat. Apakah hal itu benar? Coba kita tunggu 2-3
bulan lagi ya...
**catatan... kondisi lain, lokasi, perlakuan terhadap cuaca
tetap ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar