Minggu, 31 Juli 2011

Daun tanaman ini bisa dimakan nggak ya ?....


“Naufal ! Lihat tanaman apakah disana itu !”, seru Dafi menunjukkan sesuatu kepada Naufal. Hari ini mereka berdua menjelajah ke dalam hutan dan mencari satu contoh tumbuhan untuk diteliti.

Dengan seksama dan teliti, mereka berdua asyik mengamati dan mencatat setiap detil ciri tumbuhan yang mereka pilih. Mulai dari melihat ciri daun dan batangnya, lalu dicocokkan dengan catatan mereka sebelumnya untuk mengetahui apakah tanaman monokotil atau kah dikotil, sampai dengan mencari nama tanaman tersebut dan kegunaannya bagi manusia. Mana ya yang termasuk tanaman obat ? Eh, jangan-jangan ini malah tanaman yang berbahaya bagi manusia kalau daunnya dimakan. Kata pak Arifin saat pelajaran survival (bertahan hidup), ada tanaman yang bisa dipakai sebagai obat, tapi malah berbahaya kalau langsung dimakan. Yang mana ya tanaman itu?

Wah, rupanya tidak cukup satu hari untuk meneliti tanaman yang ada di dekat sekolah kita. 

Sekarang, mereka berdua harus mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas. Hebat sekali mereka berdua. Semoga pelajaran hari ini berguna bagi kalian kelak ya…

Ayo Iqsal…jangan menyerah..!



Teriakan teman-teman putra kelas 5B terus mendukung Iqsal yang sedang berjuang mengatasi kesulitan melewati rintangan tali. Iqsal dengan penuh semangat terus tiarap maju tak takut bajunya terkena kotoran humus di bawah pohon pala yang rindang.

Hari itu, kami para anggota pramuka melakukan kegiatan One Day Tracking dalam rangka pelantikan kenaikan tingkat. Berangkat jam 7 pagi dari sekolah, kami langsung menuju ke aral PT Perkebunan yang penuh dengan tanaman pala dewasa berumur lebih dari 15 tahunan. Bahkan ada satu pohon yang benar-benar besar dan tercantum papan yang  menunjukkan bahwa pohon itu ditanam tahun 1915. Wow…sudah tua sekali. Pantas saja pohon itu lebih besar dari pohon-pohon lainnya.

Beberapa saat kemudian sampailah kami di air terjun Semirang. Meskipun jalan mendaki cukup terjal, hal itu tidak menyurutkan langkah kami semua untuk mencapainya. Setelah sampai di air terjun, kami pun langsung mengambil air dari sumber mata air di sana. Tanpa dimasak terlebih dahulu, kami pun langsung meminumnya…bismillah…alhamdulillah ya Allah yang telah menghadiahkan air bersih ini kepada kami.

Seandainya saja sumber air yang ada di kota kita sejernih dan sebersih ini ya….pasti kita semua senang .   Ayo..pergunakan air dengan hemat di rumah, di sekolah dan jangan lupa jangan cemari sungai di tempat kita ya….

Ting…tang…tung…tung….Pemain Gamelan Cilik

Nada demi nada yang terdengar naik turun, terkadang cepat terkadang lambat berasal dari gamelan yang dimainkan Andi. Tiruan gamelan kecil ini hadiah dari tante Indah di Yogya. Harganya tidaklah semahal mainan modern yang dijual di toko. Di pasar-pasar terkadang dijual dengan harga 13 ribu sampai 20 ribuan, ada yang besar dan ada yang kecil.

Hampir tiap hari Andi membunyikan mainan ini dan meskipun tak beraturan memukulnya, terkadang bunyinya seperti melagukan tembang tertentu. Aneh ya …. Bahkan tetangga sekitar rumah sering juga menanyakan kok lama Andi tidak main gamelan lagi. Oh,…rupanya suara gamelan itu terdengar sampai ke rumah tetangga. Maaf ya kalau mengganggu.

O iya, kemarin mas Tito juga bisa memainkan lagu Ilir-ilir. Nadanya dicarikan oleh ibu. Karena gamelan ini pentatonik atau 5 nada, agak susah mencari lagu anak-anak yang bisa dimainkan (biasanya dimainkan dalam 7 nada do re mi sampai la). Tapi tak mengapa ya….yang penting Andi bisa main musik tiap hari….

Ting..tang..tung…tung..
Ilir-ilir Ilir-ilir angine wis sumilir…..

Oh…. Ternyata begini ya tulang bergerak….


Foto tersebut bukanlah Farah yang sedang bergaya dengan sepedanya, namun Farah sedang mengayuh sepeda yang terhubung dengan sepeda lain di sebelahnya yang dikendarai oleh kerangka manusia. Hiiih…seram !!!

Eeeits, tunggu dulu. Ini bukan kerangka manusia betulan, tapi model kerangka manusia plastik yang dibuat dengan sengaja agar kita bisa melihat dan mempelajari bagaimana kerangka dan tulang kita bergerak ketika mengayuh sepeda.

Pengalaman berharga ini kami dapat ketika acara outing dua hari ke Taman Pintar di Yogyakarta bulan April 2011 yang lalu. Asyiknya seandainya bisa sering-sering kesana. Banyak hal baru dan menarik yang kita lihat disana.

“Kalau kebetulan pergi ke Yogya, jangan lupa singgah ke Taman Pintar ya”, kata Farah. Eh,…Farah yang mana ya ?.....

Kraton Ratu Boko, 1400 tahun yang lalu….


 
Akhirnya sampai juga kami ke Kompleks Candi Kraton Ratu Boko di daerah Prambanan Yogyakarta. Memang nama ini agak asing di telinga, jauh kalah terkenal dibandingkan Candi Prambanan. Kami baru mendengar nama tersebut dari guru kami yang berasal dari Yogya (dan suka piknik tentunya).

Bulan April 2011 yang lalu, kami pergi outing selama dua hari ke Yogya. Ditemani Bu Ana, Bu Lala, Bu Aini dan Bu Arif serta Pak Priyo, kami berkeliling ke obyek wisata ini. Konon dulu tempat ini adalah benar-benar kerajaan. Hah ? Yang benar …? Memang bila dilihat dari bukti peninggalannya, lengkap sekali fasilitas yang tersedia di tempat ini.

Dari awal kedatangan, kami sudah disuguhi pemandangan yang cukup indah. Meskipun harus mendaki tangga yang bikin ngos-ngosan, nampak puncak-puncak Candi Prambanan yang tersohor itu. Di pintu masuk, nampak pelataran seperti tempat pertemuan yang besar. Di sayap sebelah kiri nampak bangunan untuk pembakaran mayat. Wow,…seram juga ya.

Seluas mata memandang, memang nampak tempat ini seperti kampung yang runtuh. Bangunan yang tersisa adalah bagian pondasi dan pelatarannya saja. Atapnya masih berserakan di mana-mana. Kata petugasnya, untuk satu batu diperlukan waktu berhari-hari mencocokkan dengan batu lainnya. Pantas saja, sejak jaman penjajahan Belanda sampai sekarang belum juga selesai penyusunan ulang candi ini. Andai saja bisa direkonstruksi kembali, tentulah kompleks candi ini seperti sebuah kota yang sangat indah. Jadi terbayang seperti kota terlarang di Cina yang masyhur itu.

Di bagian belakang areal seluas 16 hektar ini, terdapat lebih dari 35 kolam-kolam pemandian, keputren, dan bangunan pendopo seperti tempat adu silat di film-film shaolin. Dan hebatnya lagi, setiap bangunan sudah dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan yang mirip talang di jaman sekarang. Bicara tentang  kolam pemandian ini, ada pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa ada yang berbentuk persegi dan ada yang bundar ya?

Di sekitar kolam, nampak putri-putri jelita berbaris…..Tapi ini bukanlah rombongan putri kraton yang antri mau mandi lho ya…

Membuat mainan dengan plastisin yuuk…



Hari ini Andi membongkar kotak penyimpan mainannya. Eh, ternyata dia menemukan plastisin mainannya. Jangan tanya warna apa plastisinnya. Dahulu wananya hijau, merah, kuning dan orange…tapi karena sudah dicampur menjadi satu, sekarang warnanya jadi belang-belang tidak karuan. Tidak masalah kok, masih bisa dibentuk jadi mainan lagi.

Dengan dibantu Andi, bapak membuat orang-orangan. Hah ? Apa lagi ya yang dibuat bapak ? Oh, ternyata bapak membuat boneka pelatih anjing lengkap dengan lingkaran tempat anjing melompat.
Sekarang Andi yang menggerakkan mainan anjingnya ya Pak? ……dengan asyiknya Andi memainkan mainan barunya itu.


Jumat, 29 Juli 2011

Terong si Andi

.....lihatlah-lihatlah aku giat menggali
tidak takut diserang sinar matahari
menanam bunga-bungaan dalam tamanku
untuk menghias kebun kampung halamanku............

Lagu pak AT Mahmud dinyanyikan dengan gembira oleh bunda Andi sore itu menemani anak bungsunya yang berusia 3,5 tahun. Meskipun sekarang Andi tidak menanam bunga di taman yang indah, namun di sebuah kebun sayur di sepetak kebun samping rumah, hal itu tidaklah mengurangi kegembiraan kami berkebun.

Pertama kami menanam kacang panjang, lalu terong, lalu cabai beraneka jenis dan kemudian bayam serta kenikir. Mas Tito sangat suka lho makan pecel dengan sayuran yang dipetiknya sendiri dari kebun. Kata ibu, sayur bisa membuat badan sehat dan sangat kaya akan vitamin. Namun, sayangnya tanah di kebun kami tidak terlalu subur, jadi harus menambah banyak pupuk kandang.
Dan setelah beberapa minggu berlalu...lihatlah hasilnya....

To Merapi with toys....designed by 5b

            Seringkali anak-anak membiarkan mainannya tersimpan begitu saja di gudang selama bertahun-tahun. Ayah bunda yang sibuk pun tak sempat memikirkan untuk menggunakannya kembali. Selain sudah bosan karena pernah dimainkan dulu, kan lebih asyik kalau beli yang baru saja, begitu kebanyakan pendapat anak-anak saat ditanya alasannya soal mainan lamanya. Padahal bentuknya masih bagus, bersih dan kadang dapat berfungsi dengan baik.
            Ketika bencana Merapi terjadi, anak-anak 5B pun terinspirasi, bagaimana kalau kita sumbang korban bencana dengan mainan. Kan disana banyak anak-anak yang belum bisa kembali belajar dengan normal dan bantuan yang datang lebih banyak pakaian dan makanannya. (Memang, secara fisik sudah banyak terpenuhi, tapi bantuan secara psikis untuk membantu menghilangkan trauma dan kebosanan di kamp pengungsi masih sangat minim.)
            Akhirnya, kami bagi tugas. Sebagian siswa gerak cepat membuat poster himbauan dan lainnya keliling ke kelas-kelas untuk mengajak siswa lain turut menymbangkan mainannya. Alhasil, setelah seminggu, teerkumpul juga mainan yang siap dibawa ke pengungsi Merapi.
            Sayangnya, banyak anak yang belum tergerak berperan serta dalam gerakan ini. Mungkin karena hal ini sesuatu yang baru ya? Namun, bagaimanapun juga, usaha anak-anak ini patut diacungi jempol sebagai upaya terobosan baru dalam hal donasi dan sumbangan.

The young researchers….


Wah, nampak asyik sekali Ahmad dan Faiz saat mengamati akar tanaman di hutan. Meskipun mereka saat itu belum tahu nama tanaman yang ditelitinya, dengan tekunnya mereka tetap mencatat semua ciri yang ada pada tanaman tersebut.

Coba lihat bagaimana bentuk daunnya….lalu bagaimana permukaan daun tersebut saat diraba…..lalu, ayo kita cek bagaimana akarnya….apakah dia berakar serabut ataukah berakar tunjang….wah pokoknya mengasyikkan sekali.

Tak terasa waktu pengamatan pun selesai. Meskipun belum semua tanaman di hutan berhasil diidentifikasikan, semua peneliti muda yang saat itu ikut dalam kegiatan tersebut merasa gembira karena bisa merasakan langsung asyiknya meneliti tanaman liar di hutan.

Kapan ya kita bisa ikut penelitian di hutan lagi? Tapi besok jangan lupa pakai lotion anti nyamuk dulu ya….agar tidak gatal-gatal setelahnya…he..he..he..

Semarang, awal Agustus 2010

Puisi Rara untuk air.............

Sepenggal bait puisi karya dari Rara kelas 5B di bulan April 2011 yang lalu terlantun menyentak perasaan kami. Bulan ini tema kelas kami adalah “Bumi” dan dalam rangka memperingati hari bumi dan hari lingkungan hidup, saat belajar bahasa dan sains, kelas kami pun mengkaitkannya dengan peringatan pentingnya menjaga bumi yang kita cintai ini.

Rara tampil membawakan puisi nya dengan sangat menjiwai. Pun teman-teman sekelasnya yang lain. Sementara itu, dalam pelajaran sains, seluruh kelas mempraktekkan cara sederhana menjernihkan air kotor. Nampak Naufal dan Alfi dengan serius memasukkan air kotor berlumpur ke dalam alat penjernih ciptaannya.

Wah, ternyata lumayan lama juga ya proses menjernihkan air itu. Terkadang kita semua dengan mudahnya tidak menghargai air, membuang-buang air, dan sering lupa membiarkan air mengalir lewat kran kamar mandi tanpa berusaha menutupnya dengan baik. Semoga kita selalu ingat bahwa ada saudara kita di tempat lain yang harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan beberapa liter air bersih.

Isaac Newton dan Chicha Koeswoyo di 5B


                                                            

 Lukisan karya Iffah 5B tahun 2010-2011

 Kita semua yang lahir sebelum tahun 80 an tentu masih ingat nama penyanyi anak-anak Chicha Koeswoyo yang terkenal lewat lagu Heli :

Aku punya anjing kecil
Kuberi nama Heli
Dia suka bermain-main
Sambil bernyanyi-nyanyi….

Pernahkah terbayang bahwa akhirnya Sir Isaac Newton akhirnya bertemu dengan Chicha Koeswoyo  di dalam kelas kami ?. Meskipun nama Chicha sudah tidak dikenal anak-anak SD sekarang, namun lagunya masih menjadi semacam lagu wajib bagi anak-anak sampai saat ini.

Tatkala kami harus mempelajari hukum Newton lalu menuangkannya ke dalam karya, seluruh kelas pun sibuk membuat karya sesuai imajinasinya. Di antara karya-karya tersebut, Iffah dengan kreatifitasnya telah berhasil mempertemukan kedua tokoh tersebut-Isaac Newton yang hidup di abad 18 dan Chicha bersama Heli nya di akhir abad 20 dalam karyanya.

Dan dengan nada lagu Heli, kami pun menghafal ketiga hukum Newton itu pun sambil bersenandung :

Hukum Newton ada tiga
Yang pertama inersia
Yang kedua percepatan
Tiga aksi dan reaksi
………………..

Juice pepaya untuk Merapi


            Jam 07.30 pada suatu hari di bulan November 2010
            Pada saat taujih pagi, kami mendiskusikan tentang bencana Merapi yang di awal bulan November sedang parah-parahnya. Kebetulan hari ini jadual marketday kelas 5B, kami pun mendiskusikannya. Apakah mungkin hasil penjualan itu kita sumbangkan seluruhnya untuk korban Merapi.
            Akhirnya, semua anak pun sepakat. Segera kami membentuk tim kecil untuk menangani pembuatan aneka juice, ada paduan rosela dengan biji selasih, juice mangga, dan penemuan baru : juice pepaya (yang maaf, kami kira rasanya pasti aneh – tapi ternyata subhanallah enak bangget – 2 jempol). Ada juga tim khusus penjualan yang menyiapkan “banner” promosinya.
            Alhasil, sales force kami pun melaporkan Rp 141.000,- bersih untuk  penjualan hari itu. Jadi, tidak perlu menengadahkan tangan di lampu merah kan untuk mengumpulkan donasi bencana. Betul?

Kamis, 28 Juli 2011

Petani itu bernama Fia

 
             
      Januari 2011....setiap kali melihat foto ini, masih terbayang wajah lucu itu.... inilah ceritanya..........

      Pada awalnya, melihat calon kebun kami rasanya mebuat hati kecut juga. Kebun yang lama tak digarap itu penuh dengan sampah plastik dan alang-alang serta rumput liar. Dengan bantuan Pak Dikin dan Pak Fuad, komandan pertamanan, serta kerja keras anak-anak pun akhirnya membuat lahan tersebut siap ditanami.
Pada awalnya kami menyemai bayam di lahan semaian, tapi setelah muncul daun-daunnya, dalam waktu 3 hari habis dimakan hama kecil yang tidak kelihatan jelas. Alhasil, kami semua langsung banting strir, memilih kacang panjang yang minim perawatan dan sekalian memperbaiki kondisi tanah.
Dengan bantuan keluarga Bryan yang sudah menyumbangkan pupuk kotoran kudanya  dan kerja keras anak-anak semua akhirnya kami semua sampai juga di musim panen ini. Senyuman lebarpun menghiasi wajah Fia, murid klas 5B seraya memakai topi kacang panjang hasil kebunnya.